[FF/One Shoot/ S/ PG-15/Jangan bilang Gyuri tidak cantik]

[FF/One Shoot/ S/ PG-19/Jangan bilang Gyuri tidak cantik]

Author  : Sophie Maya

Title       : Jangan bilang Gyuri tidak cantik

Cast       : Gyuri KARA, Yesung Super Junior, TOP Big Bang.

Support Cast: Goo Hara KARA, Kibum Suju, Daesung BigBang, Siwon Suju.

Genre   : romance/?

Rated    : PG-15

Type      : straight

Summary             : Kamu mau tahu apa yang terjadi jika ada yang bilang Gyuri tidak cantik?

Disclaimer           : KARA, Super Junior, BIG BANG isnt mine, but this plot is MINE. This story 100% just imagination!

Warning               : do you hate the CAST? DONT READ, its simple. And one more, NO BASHING oke?

Note                      : saya cuma butuh komen dan apresiasi kalian 8D

Cek profil pemain disini dan disini dan disini

Jangan Bilang Gyuri tidak Cantik

Ini kelas baruku?

—menyedihkan.

“Mulai hari ini kita punya murid baru, Gyuri silahkan memperkenalkan diri.” Park Junho, guru yang katanya Guru Matematika itu mendorong badanku ke depan kelas.

Terdengar kasak-kusuk di sekitar. Tampaknya murid-murid di sini bingung kenapa ada murid baru masuk di tengah tahun ajaran.

“Aku Gyuri.” Ucapku singkat dan langsung berjalan ke salah satu bangku yang kosong, tanpa menunggu perintah Park Junho sonsangniem.

“Yak, cukup segitu perkenalan dari Gyuri, mari kita lanjutkan pelajaran.” Sonsaengnim tampak bingung sesaat lalu kemudian memutuskan untuk menghapus papan tulis. Kurasa dia bingung melihat tingkah anehku.

—aneh? Aku tidak aneh. Aku cuma ingin terlihat… cantik.

Dari film yang kutonton semalam, bukankah gadis cantik itu berbicara secukupnya dan cuek dengan semua orang?

Ya seperti itu kan?

Dan aku sedang mencoba terlihat, kau tahu, cantik.

Karena aku Goddess Gyuri, bidadari yang cantik.

Seperti kubilang di awal, kelas ini menyedihkan. Hanya ada sekitar… er, 20 orang di kelas ini, termasuk aku. Aku tidak melihat tanda-tanda ada ketua kelas di sini, karena tidak ada wajah kharisma ketua kelas di sini.

Ya ampun tidak percaya? Oke karena aku cantik dan baik, akan aku jelaskan.

Semua murid di kelas ini rata-rata cowok, hanya beberapa saja yang cewek dan itupun tidak terlihat. Maksudku, mereka kecil-kecil dan duduk di barisan tengah—terapit dan terhalangi oleh belasan badan-badan besar di sekeliling mereka. Aku tidak tahu siapa cewek-cewek itu, yang pasti, mereka tidak cantik seperti aku.

Dan cukup kujelaskan sedikit tentang keadaan cowok di kelas yang menyedihkan ini. Sebagian dari mereka tampak tidak berniat mengikuti pelajaran, dan sebagian lagi roh nya tampak seudah pergi dari kelas ini. Contoh saja seperti murid yang duduk paling depan yang mempunyai wajah aneh yang sedari tadi terus tersenyum tanpa sebab—setelah kuperhatikan lebih lanjut, ternyata dia bukan sedang tersenyum, wajahnya memang begitu. Matanya terlalu sipit untuk melihat.

“Jangan begitu, dia sudah operasi mata dan hasilnya tetap sama.” Cowok di depanku menoleh dan tersenyum. Aku mendelik. Hei, dia bisa membaca pikiranku! Dia… apa dia keturun Mama Loreng-loreng?!

Oh

No

“Siwon memang bisa baca pikiran orang, dia kan alim.” Cowok di sebelah cowok yang bernama Siwon—yah orang pertama dikelas ini yang kutahu namanya, Siwon—ikut menoleh ke belakang dan tersenyum.

“Oh.” Aku mengangguk tolol.

“Aku Kibum. Kamu siapa?” tanya cowok yang, ternyata dia lumayan manis. Tadi aku tidak melihatnya karena cukup banyak wajah-wajah yang mengganggu pemandangan di sini.

“Gyuri. Kan sudah kenalan.” Ucapku pendek.

“Kau tidak kenalan dengan yang disebelahmu?” tanya Kibum menunjuk seorang cowok yang tengah memainkan kura-kura di sebelahku. Aku meliriknya sekilas—cowok yang tidak menarik.

Aku salah memilih tempat duduk, sial.

“Hihihi…” Siwon tiba-tiba terkikik geli. “Ya, kamu memang salah milih tempat duduk Goddess Gyuri.” Ucapnya.

Dia lagi-lagi membaca pikiranku. Dia bahkan tahu panggilanku, Goddess Gyuri

“Memangnya beneran ya orang alim bisa baca pikiran orang?” tanyaku bingung. “Kalau gitu dukun adalah orang alim.”

“Tidak juga, Siwon itu saudaranya Paul si gurita.”jawab Kibum menunjukkan senyumannya yang manis. Ya ampun ada berapa banyak sih cowok manis di kelas ini? —jawabannya, mungkin sedikit.

“Paul siapa?” tanyaku dengan ekspresi ya-ampun-penting-ya-aku-kenal-si-paul-itu?

“Gurita.”

“Jadi Siwon itu gurita?” olala, aku baru tahu dia jelmaan gurita.

Kedua cowok itu memandangku horor dan langsung terkikik geli. Mereka membalikkan tubuh dan masih terus terkikik-kikik. Apa ada yang salah denganku ya? Kenapa mereka tertawa aneh seperti itu?

—ah, aku baru sadar. Aku sudah dibodohi dan berhasil tampak bodoh di depan mereka.

Sejak kapan manusia bisa menjadi jelmaan gurita? Ini bukan jaman bawang merah-bawang putih lagi yang ikan aja bisa ngomong. Gyuri cantik, tapi sedikit bodoh. Ugh.

Aku menghela napas. Membuka tas ku dan mengeluarkan buku-buku tulis kosong, kotak pensil, dan kipas. Yang terakhir ini wajib. Aku tidak akan terlihat cantik jika berkeringat di dalam kelas ini kan? Ya, aku harus tetap cantik.

Tapi baru lima menit berusaha berkonsenterasi dengan pelajaran, aku merasa terganggu dengan kelakuan teman sebangkuku dan memutuskan untuk meliriknya lagi—sekilas.

Cowok itu tengah menundukkan kepalanya sambil menatap sesuatu yang sedari tadi dipegang di tangannya. Wajahnya terlihat datar dan aneh. Aku menjulurkan kepala lebih condong ke arahnya, penasaran ingin tahu apa yang sedang diperhatikan cowok itu sampai begitu fokusnya.

… EH?

Aku melotot bingung.

Foto kura-kura?

Benerkan itu kura-kura? Tempurung, berwarna hijau, bermata hitam—itu foto gambarnya kura-kura?

Aku terperangah. Sepertinya aku benar-benar salah memilih tempat duduk, cowok ini benar-benar mengerikan aneh. Menatap foto kura-kura selama jam pelajaran? Apa dia gila aneh?!

Mungkin karena merasa sadar tengah diperhatikan, cowok itu menoleh ke arahku dan terlonjak kaget. “HEI, SIAPA KAMU?! KENAPA KAMU DUDUK DISINI??!!” teriaknya keras. Aku terlonjak kaget. Kibum dan Siwon ikut kaget dan menoleh ke belakang. Murid-murid lain sontak menatapku bingung. Sonsaengnim menghentikan penjelasannya dan menatapku dan cowok disebelahku ini bergantian. Meminta penjelasan.

“Ada apa Yesung?” suara sonsaengnim terdengar seperti pembunuh bayaran yang melihat mangsa di depannya.

“Sonsaengnim,” cowok disebelahku, yang baru kutahu bernama Yesung itu, berdiri dari duduknya dan menunjuk ke arahku dengan tampang marah. “Dia duduk disebelah saya tanpa ijin!”

Heh?

Is he joke?

“Dia Gyuri, teman baru kamu, anak baru di kelas ini. Dia dari tadi duduk disebelah kamu, kenapa kamu baru sadar sekarang?” suara sonsaengnim seakan mengisyaratkan ‘aku tahu kamu tidak memperhatikan pelajaran saya’.

Murid-murid lain terdiam. Ketakutan karena sepertinya sonsaengnim akan marah. Aku memalingkan wajah ke arah lain, ini seperti fitnah besar buatku. Cowok disebelahku ini, dia tidak sadar bahwa dari tadi ada gadis cantik duduk disebelahnya?

“Saya tidak mau duduk dengan gadis aneh seperti dia!” seru Yesung tegas. Aku kontan membelalakkan mata. Aneh? Aku dibilang aneh?

“Yang aneh itu kamu!” balasku marah. Aku ikut berdiri dan menatapnya sinis. Oh, oh, demi kosmetik mahal milikku, demi baju Gucci koleksiku, demi sepatu yang baru kubeli di Inggris—demi apapun! Ini adalah hal nekat yang pertama kali kulakukan, berteriak di depan semua orang, bahkan di depan sonsaengnim, menjatuhkan harkat dan martabatku.

“Ehem, Gyuri… anda bisa dudu—“

“Sonsaengnim, saya tidak akan duduk sampai orang ini minta maaf ke saya!” teriakku memotong ucapan sonsaengnim. Sonsaengnim terdiam, menatapku setengah ketakutan setengah bingung.

“Kenapa aku harus minta maaf.” Yesung menatapku bingung. “Kamu yang menggangguku, menatap foto yang paling berharga milikku, tanpa seijinku.” Ucapan Yesung membuatku tertohok.

Hek, foto berharga katanya?

“Itu foto kura-kura aneh kamu bilang berharga?” aku tertawa mengerikan. Menyibakkan rambutku sesaat dan membulatkan mataku lebar.

“Setidaknya kura-kura ini lebih cantik darimu.” Ujar Yesung yang langsung membuatku terdiam seribu kata.

Kura-kura itu lebih cantik dariku?

Oh

Mai

…Ghost!

.

.

.

.

ïïï

“Gyuri kamu nggak apa-apa?” namanya TOP, dia ketua kelasku. Dia datang menghampiriku saat pelajaran istirahat. Saat aku memutuskan untuk lari ke pojokan toilet begitu bel berbunyi. Bersembunyi dari anak-anak yang lain.

Aku marah. Sangat marah. Pada cowok yang duduk disebelahku itu—Yesung.

“Gyuri, Yesung memang seperti itu. Abaikan.” Goo Hara, salah satu cewek yang sekelas denganku ikut menghampiri. Dia menepuk bahuku pelan.

Aku menghela napas. “Aku nggak apa-apa. Aku nggak mungkin kenapa-kenapa hanya gara-gara siapa itu.. Yesung, yah nggak apa-apa.” Aku ragu dengan kata-kata yang kuucapkan. Jelas aku kenapa-kenapa gara-gara cowok itu. Dia sudah memfitnahku—mengataiku tidak cantik. Itu adalah pelanggaran terberat yang kudengar seumur hidup.

TOP dan Goo Hara tersenyum lega. Mereka saling memandang dan mengangguk.

“Aku sebagai ketua kelas merasa bersalah jika ada anggota kelasku yang aneh seperti itu.” Ujar TOP dengan tegas. Aku menatap wajah TOP dan tersenyum. Ternyata TOP juga menyesal punya anggota kelas bernama Yesung itu.

Oh dan satu lagi, TOP ternyata cakep juga, hihihi.

Aduh Gyuri sadar, sampai kapan sih kamu cuma mikirin cowok dari wajahnya doang?—yang jelas, sampai selamanya.

TOP punya tubuh yang tinggi dan raut wajah yang kaku, tapi itu sesuai dengannya. Rahangnya bagus dan terlihat keren. Cukup cakep bersanding dengan seorang Goddess Gyuri. HAHAHA.

Aku tertawa-tawa puas. Membuat TOP dan Hara memandangiku horor.

“Ehem, Gyuri kamu nanti pulang sekolah ada waktu?” tanya TOP lagi. Aku menghentikan tawa anehku dan tersenyum manis.

“Ada. Kenapa?”

TOP menggaruk-garuk kepalanya bingung. “…mau pulang bareng?”

Mau! Mau! Mau! Mau banget! Siapa sih yang nggak mau pulang bareng cowok secakep kamu??

“Errr… gimana ya…” aku pura-pura bingung. Kutatap Hara yang tersenyum-senyum menggoda ke arahku.

“Udah bareng aja sama TOP, Gyuri.” Ajak Hara.

“Oh, okelah kalau kalian memaksa.” Jawabku lemas sambil berteriak-teriak dalam hati. “Kamu pulang bareng siapa, Hara?” tanyaku lagi.

“Sama pacarku dong. Junhyung!” Kara mengedipkan matanya dan tertawa. Oh, ternyata Hara sudah punya pacar. Terserahlah, itu tidak penting. Hahaha.

.

.

.

.

ïïï

“Namanya ddangkoma.”

“Siapa?” aku melirik Yesung yang tahu-tahu mengeluarkan suara di tengah pelajaran Fisika. Aku mengusapkan bedak di pipiku dan tersenyum. Sekarang aku semakin cantik.

“Kura-kuraku.” Yesung menunjuk fotonya. “Karena kamu sudah melihat kura-kura kesayanganku, aku akan menceritakan sedikit tentangnya.”

Aku menggeser tubuhku sedikit dan menatap Yesung lekat-lekat. “Apa kura-kura itu begitu cantik dibandingkan aku? Kamu hanya bercanda kan?” tanyaku berentetan.

“Aku sudah menyumbangkannya untuk acara charity, sekarang hanya karena dia… banyak orang-orang tertolong. Aku senang. Dia baik, dan itu yang membuatku mengatakannya cantik.” Yesung tersenyum.

Aku tertegun. “Jadi karena dia baik, kamu mengatakannya cantik?”

Yesung mengangguk.

“Nih,” aku menyodorkan sebuah lollipop padanya sambil tersenyum manis. “makanlah. Berbahagialah menatap foto itu.”

Yesung memandangku sebentar dan ikut tersenyum. Diambilnya lollipop itu kemudian menepuk kepalaku pelan. “Terima kasih, Gyuri.”

Uh, oh, Yesung cakep juga kalau senyum.

.

.

.

.

ïïï

“……. berbahagialah menatap foto itu.”

Aku tertawa-tawa keras saat api membakar habis foto ditanganku. Abunya yang berterbangan tampak seperti bunga-bunga musim semi yang indah. Aku menari-nari dengan riang, memutar-mutar tubuhku dan membiarkan abunya sedikit mengenai seragamku hingga menjadi kotor. Aku tidak peduli, yang penting sekarang aku bebas.

Tidak akan ada lagi foto itu

—foto yang membuat aku terlihat tidak cantik.

Foto ddangkoma, kura-kura jelek itu.

Aku telah membakar habis fotonya setelah diam-diam mengambilnya di tas Yesung tanpa sepengetahuan cowok itu.

Aku kesal melihat Yesung hanya memperhatikan foto itu. Hanya memandangi kura-kura aneh itu. Dan bibirnya terus saja menceritakan betapa cantiknya ddangkoma, betapa ddangkoma blablablabla. Bla to the bla to the bla!

Yesung menyebalkan!

Dia tidak peka dengan perasaanku yang… engg.. yang… hhh… aku bingung menjelaskannya, tapi yang jelas perasaanku tidak enak setiap melihat dia bersama foto kura-kura itu.

“Selamat tinggal ddangkoma, mulai sekarang… cuma aku yang akan menjadi yang tercantik buat Yesung.” Aku mengeluarkan cermin dari dalam tas. Menyibakkan rambutku dan tersenyum manis. Aku memandang abu yang berjatuhan di tanah di halaman belakang sekolah. Menatapnya sebentar dan langsung meninggalkannya begitu saja.

.

.

.

.

ïïï

“Pulang sekolah mau makan kimbab yang enak nggak?” tanya Yesung seraya merapikan buku-buku yang berantakan. Aku buru-buru mengangguk. Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi dari tadi. Anak-anak sudah mulai pulang ke rumah masing-masing.

“Ah, entah kenapa foto ddangkoma ku hilang. Dari tadi aku cari-cari nggak ada.” Gumam Yesung kebingungan. Tangannya merogoh-rogoh ke dalam tas. “Kurasa hilang.” Yesung tertunduk sedih.

“Sebuah kenangan tidak akan hilang meskipun foto itu hilang. Kenangan kamu sama ddangkoma tetap terus ada.” Aku tersenyum lembut dan menggenggam tangan Yesung.

“Kamu benar.” Yesung tersenyum. “makasih ya buat penyemangatnya, kamu baik sekali.” Yesung menepuk kepalaku pelan. “Yuk, makan sekarang. Aku lapar.”

Aku mengangguk kencang. “Yuk, makan!!” seruku riang. Rasanya dadaku bergemuruh keras begitu Yesung mengatakan aku baik.

Ya, aku baik.

Yesung tadi bilang kalau baik itu berarti cantik. Dan dia baru saja bilang aku baik.

Dan itu artinya aku cantik kan?—akhirnya Yesung mengakui kecantikkanku. Haha.

“Gyuri kamu mau ke mana? Kamu nggak pulang bareng aku?” tanya TOP bingung melihatku berjalan beriringan dengan Yesung. Aku sontak menggeleng dan mengedipkan mataku.

“Aku ada urusan penting sama Yesung, maaf ya. Lain kali aja.”

Aku melirik jendela kelas yang berhadapan dengan halaman belakang. Maaf ya ddangkoma, aku menghancurkan fotomu. Tapi itu adalah jalan yang terbaik untuk kita semua kan? Toh ternyata Yesung tidak terlalu sedih dengan kepergian fotomu itu. Hahaha.

Ck ck ck, kalian tidak tahu sih apa yang akan terjadi jika ada yang bilang Gyuri tidak cantik. Goddess Gyuri ini akan memaksa orang itu untuk mengatakan dia cantik, apapun caranya.

Jadi untuk kali ini Yesung—kamu akan mengatakan Gyuri cantik, bukan?

.

.

.

.

ïïï

“Hyung kamu nggak jadi pulang bareng Gyuri?” tanya Daesung bingung saat melihat Gyuri jalan berdua bareng Yesung sambil cekikikan aneh. Daesung menatap mereka berdua horor. Ya Tuhan, gadis secantik Gyuri mau aja ketawa-ketiwi bareng sama Yesung, hiii

“Ya, gagal buat deketin Gyuri deh.” TOP menghembuskan napas.

“Sudah kan masih ada yang lain.” Daesung menenangkan.

“Ya, dan sekarang kamu malah tersenyum melihat keadaanku. Puas kamu ya!” seru TOP marah.

Daesung gelagapan. Bingung. “Aku nggak senyum kok, Hyung!” bantah Daesung.

“Alah bohong! Itu wajah kamu kelihatan banget lagi senyum!” TOP masih terlihat marah.

Daesung meraba wajahnya dan berdecak kesal. “Hyung! Kan udah aku bilang dari dulu, wajahku emang gini! Mataku emang sipit dari dulu, udah dioperasi juga sama aja nggak ada bedanya!!!”

Daesung berjalan meninggalkan TOP dengan langkah lebar-lebar. Hyungnya satu itu keterlaluan—memang salah punya wajah gini? Daesung ngerasa cukup cakep kok dengan wajahnya ini. Bahkan dia yang tiap hari duduk di pojok paling depan itu ngerasa sangat pede sekali dengan wajahnya.

Ada yang salah?

Nggak kan?

Toh Daesung menganggap, dirinya adalah Goddess Daesung dengan wajahnya yang tampak berbeda dari orang-orang kebanyakan.

Oh

Mai

…. Ghost Goddess!

.

.

-END-

Aku kembali lagi dengan FF gaje akibat otak yang semakin stres. kekekekek, ayo kritik FF saya…. eng ing engggg di komen ya di komen,, *lambai lambai sama ddangkoma*